Kamis

Kesaksian


Saya bukan orang jahat, tidak pernah berbohong, tidak menipu dan selalu bekerja jujur, tetapi hidup saya tidak ada peningkatan. Sedangkan saya melihat teman-teman lain yang jalannya tidak benar bisa hidup mewah, sukses. Kalau melihat orang beribadah ke gereja tetapi ternyata bermotivasi ingin mempromosikan bisnisnya atau pendeta yang diam-diam ternyata selingkuh dengan istri orang lain, saya kesal. Saya sempat aktif melayani di sekolah minggu, ternyata saya banyak melihat hal yang tidak jauh berbeda. Akhirnya saya pindah melayani di sebuah lingkungan sosial. Lagi-lagi saya menemukan hal yang sama. Di sisi lain saya melihat orang-orang yang sombong, galak, sering menindas orang lain, tetapi hidup berkelimpahan materi. Sedangkan orang yang jujur, baik, hidupnya miskin terus. Saya melihat bahwa kehidupan ini tidak adil. Akhirnya saya berkata kepada Tuhan, “Saya berhenti sekarang, lebih baik menjadi orang biasa saja.”

Saya tetap percaya kepada Tuhan, tetapi sudah tidak mau berdoa, membaca Alkitab dan tidak mau ke gereja lagi. Karena saya berpikir, yang penting saya tidak menipu orang, tidak berbuat curang dan tidak melanggar sepuluh perintah Allah. Kalau suami mau ke gereja, pergi saja, tetapi saya tidak. Seluruh keluarga besar bingung melihat perubahan saya. Saya yang dulunya ceria berubah jadi pendiam dan tertutup terhadap lingkungan. Saya lebih banyak mengurung diri di kamar. Saya hanya melihat kemunafikan dimana-mana.

Melihat hal ini, salah seorang kakak mengusulkan untuk mengikuti HMC. Awalnya saya berdalih tidak mau ikut. Tetapi karena ingin menemani adik saya, Ali Susanto, yang divonis dokter menderita penyakit Hepatitis, dan ada sedikit rasa penasaran karena kakak saya mengatakan bahwa Ali dapat dipulihkan lewat HMC, maka saya bersedia. Namun Tuhan berkehendak lain, sebelum HMC, adik saya dipanggil pulang menghadap Bapa di Surga. Saya memutuskan untuk tetap ikut HMC. Di satu sisi saya berpikir jika acaranya tidak menyenangkan, maka saya tidak akan datang lagi keesokan hari.

Pada hari pertama saya memang agak kurang nyaman, karena tidak banyak mengenal orang-orang di gereja. Saya juga tidak terbiasa dengan suasana ibadahnya. Tetapi ternyata saya tetap datang keesokan hari.

Pada hari kedua, semua peserta diminta berpuasa. Sesi pertama adalah Hati Bapa. Pada sesi ini bagi yang ingin mengalami pemulihan, diminta untuk maju ke depan. Saya ikut maju, tetapi karena melihat orang-orang lain rebah setelah didoakan, saya menjadi takut dan segera kembali ke tempat duduk.

Tiba-tiba saya merasakan seperti angin bertiup di depan saya. Awalnya saya berpikir angin AC. Untuk kedua kali saya merasakan hal yang sama, tetapi saya tetap mengeraskan hati. Namun untuk ketiga kalinya saya merasakan hembusan angin yang sangat kuat sampai badan saya terhempas dan jatuh ke belakang. Pada saat itulah saya menangis di tengah-tengah orang banyak. Hal yang hampir tidak pernah saya lakukan.

Pada sesi Luka Batin, saya seperti melihat film kehidupan saya sedang diputar. Setelah sesi, saya berpelukan dengan suami dan anak-anak saya untuk saling meminta maaf. Itu adalah pertama kalinya kami berpelukan.

Pada sesi terakhir, saya melihat orang-orang berbahasa Roh. Dan saya berdoa dalam hati, “Tuhan jika Engkau mau saya kembali untuk melayanimu berikan saya bahasa Roh hari ini juga jika Engkau benar-benar hebat dan berkuasa.” Tidak lama tiba-tiba saya merasa lidah saya berputar dan bibir saya bergerak sendiri sambil mengeluarkan suara dengan kencang tanpa dapat saya kendalikan. Saya terjatuh sambil menangis.

Selama sesi saya tidak berhenti berbahasa Roh, dari jam 2 sore sampai jam 8.45 malam. Mulut saya tidak bisa dikendalikan walaupun saya sadar. Saya meminta supaya Tuhan tidak mempermalukan saya pada sesi pelepasan. Saya tidak mau manifestasi pelepasan yang seperti hewan, namun ternyata saya bermanifestasi seperti orang yang sedang marah-marah.

Saya mempunyai 3 orang anak laki-laki. Ternyata saya mengalami kekecewaan karena anak bungsu saya yang bernama Enrico, autis. Tetapi setelah saya mengalami pelepasan dan pemulihan lalu saya mulai memeluk anak-anak, saya juga berdoa dalam bahasa Roh dan meminta kemurahan Tuhan untuk anak saya Enrico disembuhkan Tuhan. Puji Tuhan, kuasaNYA menjamah Enrico. Dia menjadi lancar berkomunikasi dan konsentrasi belajarpun mulai meningkat. Hal ini diakui oleh para gurunya.

Saya percaya bahwa pemulihan akan terus terjadi dalam diri dan keluarga saya. Bukan suatu kebetulan jika saya akhirnya mengikuti HMC. Tuhan Yesus luar biasa!

Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita… (Efesus 3:20)

Sumber: Kesaksian Meliana Kurniawan/GBI Jembatan Dua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar